http://www.imdb.com/media/rm3702819072/tt1186830?ref_=tt_ov_i
Rate: 3.5/5
Warning: may contain spoiler!
Kekaisaran
Romawi adalah masa di mana peradaban manusia mengalami kemajuan yang begitu
cepat. Di samping kepercayaan mereka yang masih menyembah dewa-dewa dan
patung-patung berhala, ilmu pengetahuan mereka justru sudah sangat tinggi.
Banyak filsuf-filsuf yang lahir pada zaman itu. Agora, film tahun 2009 yang
berlatar sisa-sisa Kekaisaran Romawi bertempat di Alexandria, menceritakan
salah seorang filsuf yang bernama Hypatia.
Hypatia
adalah filsuf wanita yang ahli dalam bidang astronomi. Sepanjang hidupnya ia habiskan
untuk mencari kebenaran mengenai pusat tata surya dan bagaimana planet-planet
membentuk orbit mengelilingi matahari. Hypatia merupakan representasi tentang
bagaimana pedulinya orang-orang Romawi terhadap ilmu pengetahuan. Namun, perkembangan
di sisi lain yaitu dalam bidang agama, memberikan pukulan telak bagi ilmu
pengetahuan. Agama Kristen sebagai pemegang kekuasaan baru memutarbalikkan
politik, hukum, bahkan pemerintahan yang awalnya berdasar pada kepercayaan
terhadap dewa, kemudian dikendalikan oleh uskup—petinggi umat Kristiani—dan
setiap putusan dalam pemerintah harus berlandaskan kitab suci umat Kristiani.
Posisi
para pemikir yang percaya pada filosofi dan ilmu pengetahuan tersingkirkan oleh
para petinggi agama. Agama dan ilmu pengetahuan seakan menjadi dua magnet satu
kutub. Tak bisa bersinergi, pun saling menjauh. Hypatia adalah contoh nyata
yang diangkat dalam film Agora. Ia yang seorang pemikir dan mendedikasikan
hidupnya untuk ilmu pengetahuan, seharusnya berada di posisi yang cukup disegani.
Tetapi karena dianggap menghambat umat Kristen dalam menguasai Alexandria akibat
pemikirannya yang kritis dan rasional, ia pun dihukum mati dengan tuduhan
sebagai penyihir. Padahal, penemuan Hypatia sangat membantu bagi kemajuan ilmu
pengetahuan.
Abad
ke-4 dalam film Agora ini menggambarkan dengan jelas bagaimana kekuatan agama
begitu besar dalam menggeser ilmu pengetahuan. Tak peduli betapa pentingnya
ilmu pengetahuan bagi peradaban manusia, jika tak berhubungan dengan
agama(dalam film ini agama Kristen) maka tak akan segan-segan dimusnahkan.
Segala yang berdasarkan logika dan rasionalitas adalah hal tabu, dan agama
bukan untuk dipertanyakan. Kebebasan berpikir dilarang, sehingga para filsuf
pun dianggap bersalah.
***
Film
Agora ini memiliki cerita yang padat, dengan sedikit bumbu percintaan di balik
konflik serius yang tengah melanda Alexandria. Tokoh pelayan Hypatia *lupa
namanya siapa* yang diam-diam memendam suka itu sangat adorable. Saya selalu suka tokoh-tokoh yang tidak selalu ‘main
fisik’ dalam mengekspresikan perasaan mereka terhadap orang yang disukai. Well, yeah, even though there is a scene
where he attacked Hypatia against a pillar and just kissed her out of the blue.
Tapi bisa dimaklumi lah ya, mengingat bagaimana kacaunya pikiran dia saat itu
dengan perang dan segala macamnya.
Agora
sebenarnya adalah sebuah film yang cukup memperkenalkan kepada kita bagaimana
filosofi berperan penting dalam ilmu pengetahuan sejak berabab-abad lalu.
Pengetahuan bisa diketahui karena adanya proses berpikir dan keinginan untuk
tahu bagaimana alam semesta ini bekerja. Bisa dibilang, jika dilihat
berdasarkan periodisasi filsafat, maka latar film ini adalah zaman Yunani. Jadi
tidak heran jika pokok kajian pengetahuannya berpusat pada alam semesta (teori
geosentris maupun heliosentris lahir pada zama ini).
Saya
memang bukan pencinta film atau semacamnya, tetapi menurut kaca mata awam saya,
film ini memiliki effect—apalah itu
istilahnya saya lupa—yang sangat bagus. Proses penghancuran perpustakaannya,
penyerbuan terhadap umat Kristiani maupun serangan baliknya, serta pertunjukkan
tradisional di tengah bangunan ala Colosseumnya (kaya stadion dengan tempat
penonton berbentuk melingkar dan bertingkat ke atas). Tetapi satu yang menurut
saya agak ‘lebay’ adalah ketika dokumen-dokumen beterbangan saat kamera
menyorot ke atas kubah. (Memang mendramatisir, sih. Tapi, hey, siapa juga yang
mau lempar-lempar gulungan macam rahasia ninja Naruto sampe sebegitunya?)
Akhirnya,
berkat matkul PFPM (Pengantar Filsafat dan Pemikiran Modern) dan dosennya yang
menugaskan review film ini, daftar tulisan review jadi bertambah, postingan
juga ikut nambah, viewers pun semoga bertambah. Thanks for Bu Embun yang sudah menambah wawasan saya soal filsafat
dan sejarah (fyi, that’s really not my
thing).
Buat
yang pingin icip-icip sedikit soal Romawi, atau filsafat, atau sejarah, atau
perkembangan agama Kristen dari sudut pandang subjektif sutradaranya,
lumayan disarankan ambil film ini. Syukur-syukur bisa memotivasi kita untuk
berpikir, supaya bisa menemukan ‘sesuatu’ macam teori heliosentris kaya si
Hypatia. :)
No comments:
Post a Comment