- Ukuran : 13.5 x 20 cm
- Tebal : 280 halaman
- Terbit : Maret 2011
- Cover : Softcover
- ISBN : 978-979-22-6764-8
- No Produk : 40101110009
Seorang wanita lajang berumur 28 tahun, tentu akan terkaget-kaget
ketika mendapati dirinya berada di sebuah kamar hotel laki-laki—dalam keadaan
hanya memakai underwear pula!. Itulah
yang dialami oleh Nadia. Terlebih lagi ketika ia mengetahui bahwa lelaki super
HOT yang berada sekamar dengannya—ditambah dadanya yang telanjang sehabis
mandi—adalah seorang ‘Kafka’. Cowok iseng nan bandel ketika SD dulu.
Masa lalu Nadia hampir dua puluh tahun lalu mulai menghantuinya
kembali. Satu per satu ingatannya melayang menuju saat-saat Kafka sering
mengisenginya setiap hari, sampai membuat Nadia membencinya setengah mati. Diliputi
amarah akan masa lalu, Nadia berusaha terus menghindar dari usaha Kafka
mendekatinya.
Namun takdir berkata lain. Dari pertemuan di kamar hotel di Bali,
mereka bertemu lagi secara tidak sengaja di Jakarta. Kafka yang bekerja sebagai
ahli kardiologi ternyata adalah dokter yang menangani ayah Nadia yang terserang
penyakit jantung.
Pertemuan demi pertemuan pun terjadi. Entah kenapa hadirnya Kafka
seakan membawa kenangan buruk atas masa lalu Nadia. Ia menjauh, tetapi Kafka
justru semakin mmengejarnya. Nadia takut kejadian di masa kecilnya akan
terulang kembali, walau akhirnya Kafka meminta maaf atas salah satu ulah
terparahnya yang masih memberikan luka bagi Nadia.
Mereka saling mengirimkan SMS selama beberapa bulan. Selama itulah,
Kafka terus menggoda dan menjahilinya—tidak berubah dengan sifatnya dulu ketika
masih mengenakan seragam putih-merah. Nadia yang awalnya kesal, lama-lama
menjadi terbiasa dengan perhatian-perhatiannya dan merasa ‘butuh’. Ia terutama
sangat berterima kasih atas bantuan Kafka dalam menyelesaikan permasalahan
hukum keluarganya. Ia pun lalu menyadari dirinya mulai gila karena
ia—hampir—mengaku jatuh cinta kepada Kafka.
Kejadian di akhir tahun kemudian mengubah segalanya. Nadia meminta
kepada Kafka untuk menjauhinya—dalam hati ia hanya menganggapnya bercanda—dan
secara tak terduga Kafka benar-benar menepatinya. Nadia yang frustasi karena
menyesali—mangapa di antara banyaknya permintaan yang diajukannya pada Kafka tetapi
malah itu yang penuhinya?—secara tidak langsung mengutarakan perasaannya pada
ketiga sahabatnya.
Jana, salah satu sahabatnya mengenalkan Nadia pada Elang. Cowok baik
hati dan perhatian itu dengan terang-terangan menunjukkan ketertarikannya pada
Nadia yang patah hati akibat ditinggal Kafka tanpa ada kejelasan dan sebab
sejak malam tahun baru. Berkali-kali Nadia mengirimkan SMS pada Kafka, tapi
tidak ada balasan sama sekali. Panggilannya pun tidak pernah diangkat.
Menyerah terhadap Kafka, Nadia mencoba menerima Elang. Mereka
menghabiskan setiap akhir minggu bersama. Suatu hari, menerima undangan dari
ulang tahun pertama “Empire”—sebuah dance
club baru di Jakarta dengan Kafka sebagai salah satu ownernya—yang design website-nya ditangani oleh Nadia,
ia bersama Kafka datang berdua.
Penampilan Kafka yang menyambut mereka meruntuhkan tembok pertahanan
Nadia. Ia benar-benar sadar bahwa dirinya masih mencintai Kafka, apa lagi
setelah Kafka menyanyikan lagu kesukaan Nadia—yang ternyata favorit Kafka juga.
Saat itulah, Nadia tidak tahan lagi berada di Empire, meninggalkan Elang
sendiri, dan tanpa disadarinya ia diikuti oleh Kafka yang bersiap menceritakan
segalanya.
Greget. Satu kata yang terlintas dalam benak saya ketika baru
selesai membaca novel ini. Penggambaran emosi sang tokoh utama jelas dan rinci.
Menarik simpati para pembaca yang seolah tertimpa musibah akibat kehadiran
Kafka dalam kehidupannya.
Sikap Kafka yang plin-plan juga sangat membingungkan, hingga saya terbawa
emosi Nadia yang merasa dipermainkan. Saya ikut merasa kesal, marah, dan
bingung. Sungguh pencitraan sifat Kafka
yang sangat baik, membuat saya seolah berada dalam posisi Nadia.
Cerita yang dari awal hingga akhir dengan alur di tengah cerita tak
terduga ini mengalir dengan lancar. Setiap adegan digambarkan dengan jelas, tanpa
berlebihan di sana-sini. Di tiap pertemuan diakhiri dengan tak terduga, membuat
kejutan di setiap babnya. Penuturan masa lalu Nadia dan Kafka juga menambah
kesan dalam pada hubungan mereka.
Meskipun menurut saya cerita yang dituangkan mengandung konflik yang
kurang kompleks karena terkesan berpusat pada hubungan percintaan tokoh utamanya,
novel ini patut diacungi empat jempol sebagai metropop. aliaZalea berhasil menghidupkan
karakter para tokohnya, begitu pas dengan usianya. Konflik batin yang dialami
tokoh utamanya seakan mewakili bahwa wanita yang hampir menginjak usia kepala
tiga masih bisa merasakan berbagai perasaan jatuh cinta yang biasa dialami oleh
para remaja.
Empat bintang saya berikan untuk Crash Into You.
No comments:
Post a Comment