Thursday, April 16, 2015

(More than) Review: Agora




http://www.imdb.com/media/rm3702819072/tt1186830?ref_=tt_ov_i
Rate: 3.5/5
Warning: may contain spoiler!

Kekaisaran Romawi adalah masa di mana peradaban manusia mengalami kemajuan yang begitu cepat. Di samping kepercayaan mereka yang masih menyembah dewa-dewa dan patung-patung berhala, ilmu pengetahuan mereka justru sudah sangat tinggi. Banyak filsuf-filsuf yang lahir pada zaman itu. Agora, film tahun 2009 yang berlatar sisa-sisa Kekaisaran Romawi bertempat di Alexandria, menceritakan salah seorang filsuf yang bernama Hypatia.

Hypatia adalah filsuf wanita yang ahli dalam bidang astronomi. Sepanjang hidupnya ia habiskan untuk mencari kebenaran mengenai pusat tata surya dan bagaimana planet-planet membentuk orbit mengelilingi matahari. Hypatia merupakan representasi tentang bagaimana pedulinya orang-orang Romawi terhadap ilmu pengetahuan. Namun, perkembangan di sisi lain yaitu dalam bidang agama, memberikan pukulan telak bagi ilmu pengetahuan. Agama Kristen sebagai pemegang kekuasaan baru memutarbalikkan politik, hukum, bahkan pemerintahan yang awalnya berdasar pada kepercayaan terhadap dewa, kemudian dikendalikan oleh uskup—petinggi umat Kristiani—dan setiap putusan dalam pemerintah harus berlandaskan kitab suci umat Kristiani.

Posisi para pemikir yang percaya pada filosofi dan ilmu pengetahuan tersingkirkan oleh para petinggi agama. Agama dan ilmu pengetahuan seakan menjadi dua magnet satu kutub. Tak bisa bersinergi, pun saling menjauh. Hypatia adalah contoh nyata yang diangkat dalam film Agora. Ia yang seorang pemikir dan mendedikasikan hidupnya untuk ilmu pengetahuan, seharusnya berada di posisi yang cukup disegani. Tetapi karena dianggap menghambat umat Kristen dalam menguasai Alexandria akibat pemikirannya yang kritis dan rasional, ia pun dihukum mati dengan tuduhan sebagai penyihir. Padahal, penemuan Hypatia sangat membantu bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Abad ke-4 dalam film Agora ini menggambarkan dengan jelas bagaimana kekuatan agama begitu besar dalam menggeser ilmu pengetahuan. Tak peduli betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi peradaban manusia, jika tak berhubungan dengan agama(dalam film ini agama Kristen) maka tak akan segan-segan dimusnahkan. Segala yang berdasarkan logika dan rasionalitas adalah hal tabu, dan agama bukan untuk dipertanyakan. Kebebasan berpikir dilarang, sehingga para filsuf pun dianggap bersalah.


***


Film Agora ini memiliki cerita yang padat, dengan sedikit bumbu percintaan di balik konflik serius yang tengah melanda Alexandria. Tokoh pelayan Hypatia *lupa namanya siapa* yang diam-diam memendam suka itu sangat adorable. Saya selalu suka tokoh-tokoh yang tidak selalu ‘main fisik’ dalam mengekspresikan perasaan mereka terhadap orang yang disukai. Well, yeah, even though there is a scene where he attacked Hypatia against a pillar and just kissed her out of the blue. Tapi bisa dimaklumi lah ya, mengingat bagaimana kacaunya pikiran dia saat itu dengan perang dan segala macamnya.

Agora sebenarnya adalah sebuah film yang cukup memperkenalkan kepada kita bagaimana filosofi berperan penting dalam ilmu pengetahuan sejak berabab-abad lalu. Pengetahuan bisa diketahui karena adanya proses berpikir dan keinginan untuk tahu bagaimana alam semesta ini bekerja. Bisa dibilang, jika dilihat berdasarkan periodisasi filsafat, maka latar film ini adalah zaman Yunani. Jadi tidak heran jika pokok kajian pengetahuannya berpusat pada alam semesta (teori geosentris maupun heliosentris lahir pada zama ini).

Saya memang bukan pencinta film atau semacamnya, tetapi menurut kaca mata awam saya, film ini memiliki effect—apalah itu istilahnya saya lupa—yang sangat bagus. Proses penghancuran perpustakaannya, penyerbuan terhadap umat Kristiani maupun serangan baliknya, serta pertunjukkan tradisional di tengah bangunan ala Colosseumnya (kaya stadion dengan tempat penonton berbentuk melingkar dan bertingkat ke atas). Tetapi satu yang menurut saya agak ‘lebay’ adalah ketika dokumen-dokumen beterbangan saat kamera menyorot ke atas kubah. (Memang mendramatisir, sih. Tapi, hey, siapa juga yang mau lempar-lempar gulungan macam rahasia ninja Naruto sampe sebegitunya?)

Akhirnya, berkat matkul PFPM (Pengantar Filsafat dan Pemikiran Modern) dan dosennya yang menugaskan review film ini, daftar tulisan review jadi bertambah, postingan juga ikut nambah, viewers pun semoga bertambah. Thanks for Bu Embun yang sudah menambah wawasan saya soal filsafat dan sejarah (fyi, that’s really not my thing).

Buat yang pingin icip-icip sedikit soal Romawi, atau filsafat, atau sejarah, atau perkembangan agama Kristen dari sudut pandang subjektif sutradaranya, lumayan disarankan ambil film ini. Syukur-syukur bisa memotivasi kita untuk berpikir, supaya bisa menemukan ‘sesuatu’ macam teori heliosentris kaya si Hypatia. :)
 

No comments:

Post a Comment