Tuesday, May 21, 2013

Review: Sepotong Hati yang Baru, Kumcer Berjuta Rasanya #2






Pengarang : Tere Liye

ISBN : 978-602-9474-04-6

Terbit : Jakarta, 2012 

Halaman : vi+206 Halaman

Harga : Rp. 49500,-

Berat : 100 gram

Dimensi : 13.5 X 20.5 Cm

Cover : Soft Cover


Buku kedua Berjuta Rasanya ini masih dalam format yang sama. Berisikan delapan kisah yang agak panjang dibandingkan cerpen-cerpen dalam buku pertamanya.

Saat membaca cerita pertama, mungkin akan dibuat sedikit kecewa bagi yang sudah pernah membaca Berjuta Rasanya. Bagaimana tidak? Keseluruhan inti cerita, tokoh, dan penyampaiannya, sama dengan salah satu cerita di buku yang pertama. Bahkan, judulnya pun sama.

Ketika berlanjut ke cerita kedua, barulah pembaca dibawa hanyut oleh kisah Sie Sie, seorang gadis enam belas tahun yang berasal dari Singkawang, Kalimantan. Berlatar belakang keluarga miskin, Sie Sie harus mengurus keenam adiknya yang masih kecil-kecil. Konflik bermula saat ibu Sie Sie jatuh sakit, dan ayah Sie Sie yang kemudian dipecat dari pabrik tahu tempatnya bekerja karena ketahuan mencuri brankas untuk keperluan berobat. Tak pelak lagi, ayah Sie Sie pun dijebloskan ke dalam penjara.

Masalah uang yang semakin menghantui, membuat Sie Sie rela menawarkan diri pada seorang pemuda Taiwan yang saat itu datang ke Singkawang untuk mencari istri. Pernikahan itu pun dilakukan, meski awalnya ditentang oleh ibu Sie Sie. Terdesak oleh kebutuhan uang membiayai rumah sakit, Sie Sie nekat menikahi pemuda Taiwan itu, yang perangainya sangat jauh dari kata baik. Ia menikahi Sie Sie hanya karena itulah syarat yang ada di surat wasiat kedua orang tuanya, bahwa ia harus menikah terlebih dahulu untuk bisa mendapatkan harta warisan.

Perjuangan Sie Sie dalam menghadapi pernikahan tak diinginkan, bersama suami bertabiat buruk di negeri orang tanpa kerabat yang dikenal, sungguh berat rasanya. Hanya janji suci yang diucapkan Sie Sie pada ibunya sesaat sebelum ia dibawa suaminya ke Taiwan yang membuatnya bertahan.

“Sie janji, Ma. Pernikahan ini akan bahagia. Sie akan mencintai dia apa adanya. Sie janji Ma, dia juga akan mencintai Sie apa adanya.”

Mampukah Sie Sie memenuhi janjinya tersebut?

Itu hanyalah sepotong kalimat yang mampu membuat saya terpesona akan kisah yang dirajut oleh Tere Liye ini. Masih ada cerpen yang membuat saya nyaris menangis, seperti cerita Mimpi-Mimpi Sampek-Engtay, yang entah bagaimana mampu menyihir saya meresapi kepedihan hati tokohnya.

Ada juga cerpen unik yang mengguanakan ejaan zaman dahulu sebelum adanya EYD, di saat yang masih jang, itu masih itoe, terjadi masih terdjadi, dan banyak ejaan lain yang belum disempurnakan. Tidak hanya bahasanya, ceritanya pun berlatar penjajahan Belanda yang terasa klasik saat dibaca.

Legenda Rama-Shinta, yang banyak diketahui orang pun, tak luput dari kelincahan Tere Liye dalam mengolah kata. Sebuah kisah mengharukan dan penuh amanat. Terakhir, kisah nyata sepasang sahabat yang tak pernah bersama, seolah menjadi penutup yang manis dengan ditampilkannya potongan e-mail tanya jawab antara penulis dengan narasumber yang menjadi tokoh cerita.

Meskipun ada dua cerita yang jika dilihat dari berbagai segi rasanya sangat mirip, namun tidak membuat saya terganggu untuk menikmati sisa kisah yang ada. Seperti biasa, penuh inspirasi, pesan yang mengena, dan kesan mendalam pada rajutan kata karya Tere Liye berhasil menghasilkan sesuatu yang ‘penuh’. Yah, semoga pemahaman baik itu datang, terutama bagi remaja labil yang terombang-ambing arus kisah romantis teenlit masa kini.

No comments:

Post a Comment